Pengelolaan perkebunan kelapa sawit di lahan dengan kontur berbukit tidak sama dengan lahan yang datar, lantaran pola budidaya kelapa sawit di lahan yang berbukit mesti memerhatikan faktor pembatas dan pengurang. Pada areal berbukit faktor pembatas diantaranya erosi tanah tinggi, aliran permukaan tinggi, kapasitas infiltrasi tanah rendah, top soil rendah dan bahan organik rendah.
Sebab
itu guna mengatasi faktor pembatas maka perlu dilakukan inovasi budidaya
seperti melakukan pembuatan teras kontur dan tapak kuda, lantas membentuk “v”
lining (bukan stright lining).
Memperhatikan
spesifik progeny (morfologi, SPH/satuan pohon per ha), membuat silt pit dan bio
pori, kemudian pemupukan pocket/ focal feeding, aplikasi jangkos, menerapkan
tanam LCC/ Nephrolepis, Rain Harvesting (Cutting side drain, RSP) dan U-Shape
Frond Stacking.
Fokus
dalam Best Management Practices (BMP) terdapat pada lima hal yakni, pertama
Konservasi Tanah dan Air, lakukan manajemen vegetasi penutup tanah, lantas
menerapkan Rain Harvest, dan memodifikasi relief mikro.
Kedua,
manejemen pemupukan dengan menerapkan organisasi pemupukan, sistem penghancakan
dan metode aplikasi pupuk. Ketiga, Manajemen Bukit dengan melakukan pemetaan
kawasan bukit, pembuatan jalan selendang dan pembuatan jalan zigzag.
Keempat,manajemen
palung dengan menerapkan invebtarisasi dan pemetaan, penomoran indeks palungan
dan monitoring kerja perbaikan palungan. Kelima, manajemen panen, biasanya
dengan menerapkan organisasi panen, penghancakan (5 sistem) dan pengangkutan
buah.
No comments:
Post a Comment